Kawasan ini memiliki posisi yang sangat strategis bagi lalulintas perdagangan dan transportasi baik laut maupun udara antar pulau dan antar kabupaten yang ada di wilayah Papua bagian tengah. Oleh karena itu, cepat atau lambat, secara alamiah Kota Nabire akan tumbuh menjadi pusat perdagangan barang dan jasa di kawasan Papua bagian tengah.
Lebih spesifik lagi Kabupaten Nabire merupakan pintu gerbang bagi kegiatan mobilitas perdagangan dan pembangunan bagi Kabupaten Nabire, Kabupaten Puncak Jaya, Kabupaten Paniai, Kabupaten Waropen, Kabupaten Teluk Wondama, dan Kabupaten Yapen/ Serui. Indikasi ke arah tersebut telah terlihat dari besarnya volume barang yang turun di Pelabuhan Samabusa – Nabire, yang menurut pengamatan sementara tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat / warga Kabupaten Nabire.
Pada saat ini, kota Nabire sebagai ibukota Kabupaten Nabire terutama berfungsi sebagai pusat aktifitas dari daerah sekitarnya yang ditunjang dengan adanya berbagai fasilitas, baik Bandara, pelabuhan Laut, perdagangan, sosial dan lain sebagainya, yang mengakibatkan kota Nabire berperan sebagai pusat pemerintahan, pusat perdagangan dan jasa, pusat rekreasi, pusat pendidikan, dan lain sebagainya. Kondisi tersebut, ke depan akan menjadi beban yang sangat berat untuk dipikul oleh kota Nabire, yang pada akhirnya akan menimbulkan ketidak seimbangan dan ketidak serasian potensial alamiah kemanfaatan antar kaitan dan antar hubungan. Ketidak seimbangan dan ketidak serasian tersebut pada gilirannya akan menjadi beban yang harus dipikul oleh masyarakat dengan timbulnya berbagai dampak negatif, baik permasalahan sosial maupun keamanan. Perkembangan kota Nabire dalam beberapa tahun terakhir sangat pesat.
Hal ini terlihat dari perkembangan fisik kota yang mengalami perubahan secara struktural. Demikian pula terjadi perubahan fungsi dari kota pemerintahan menjadi kota perdagangan barang dan jasa. Perubahan-perubahan tersebut tidak hanya diakibatkan oleh perubahan-perubahan yang terjadi pada faktor internal, tetapi juga disebabkan oleh faktor eksternal. Faktor internal terlihat dari pesatnya pertumbuhan ekonomi beberapa tahun belakangan ini, yang rata-rata di atas 7 % (kecuali tahun 2004 sebagai akibat dari bencana alam gempa bumi). Sedangkan faktor eksternal terlihat dari pertumbuhan dan perkembangan ekonomi serta kegiatan pembangunan di daerah-daerah sekitar, antara lain Kabupaten Paniai, Kabupaten Puncak Jaya, Kabupaten Teluk Wondama, Kabupaten Waropen dan Kabupaten Yapen / Serui. Dengan perkataan lain, fungsi kota Nabire di kemudian hari ditentukan oleh kecenderungan perkembangan regional, yang manifestasinya akan merupakan suatu regional plan yang menyangkut beberapa kabupaten. Berkaitan dengan itu, kebijakan arah pengembangan Kota Nabire dan sekitarnya mengarah pada pengembangan Kota Nabire sebagai pusat perdagangan barang dan jasa, dengan perkataan lain sarana dan prasarana pendukung sejak dini direncanakan dan disiapkan, sedangkan aktivitas pemerintahan dipindahkan ke luar Kota Nabire.
